Rabu, 04 Mei 2011

dasar teknologi benih





UJI KESEREMPAKAN PERKECAMBAHAN BENIH
(Laporan Praktikum Dasar-Dasar Teknologi Benih)



Oleh

Fernando Iskandar D
0914013100








JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2010



I. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

Keserempakan perkecambahan benih adalah kemampuan suatu lot benih untuk berkecambah serempak setelah perkecambahan tertentu.  Uji keserempakan perkecambahan merupakan salah satu uji vigor kekuatan perkecambahan benih. Uji ini memberikan gambaran berapa persen benih-benih yang mampu berkecambah normal di lapang bila kondisi memadai dan sebaliknya. Melihat benih sebagai lot berbeda dengan benih sebagai individual.

Tolak ukur keserempakan tumbuh lebih mengidentifikasikan vigor benih secara lot benih, meskipun kecepatan tumbuhnya diukur sebagai persentase bibit atau kecambah normal terhadap seluruh benih yang ditanam atau yang dikecambahkan untuk waktu yang ditentukan secara baku. Baik pertumbuhan kecambah di pengujian laboratorium yang kriteria normal dan abnormalnya dibakukan untuk rujukan evaluasi ataupun pertumbuhan minimal bibit untuk kurun waktu tertentu di lapang sebagai dasar penilaian tolak ukur keserempakan tumbuh, namun vigor kekuatan tumbuh yang dideteksi tidak menunjukkan kinerja pertumbuhan benih secara serempak. Benih yang vigor dituntut untuk dapat cepat tumbuh (dalam posisi benih sebagai individu) seluruh benih juga harus mewujudkan kinerja yang homogen dalam pertumbuhan di lapang.



1.2 Tujuan Percobaan

Dalam melakukan percobaan “Uji Keserempakan Perkecambahan Benih” ada beberapa tujuan yang harus dipahami, yaitu sebagai berikut.
  1. Mengetahui keserempakan pertumbuhan kecambah benih kedelai dan benih jagung.
  2. Mempelajari cara pengujian keserempakan perkecambahan benih.
  3. Menilai kecambah normal kuat (NK) dan kecambah normal lemah (NL).

 



 




 

















II. TINJAUAN PUSTAKA


Proses perkecambahan benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik yang berpengaruh adalah susunan kimawi benih yang berhubungan dengan daya hidup benih. Sifat ketahanan ini meliputi masalah kadar air benih, kegiatan enzim dalam benih dan kegiatan-kegiatan fisik atau biokimiawi dari kulit benih, sedangkan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah air, gas, suhu dan oksigen (Bewley dan Black, 1985).

Perkecambahan benih dapat dipengaruhioleh faktor dalam yang meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi,dan penghambat perkecambahan, serta faktor luar yang meliputi air, temperatur, oksigen dan cahaya ( Sutopo, 1993).

Pada dasarnya perkecambahan merupakan suatu proses pertumbuhan dari biji setelah mengalami masa dormansi. Bila bila kondis-kondisi sekelilingnya memungkinkan ( Novijanto, 1996).

Kulit benih dan struktur disekitarnya dapat mempengaruhi kemampuan perkecamabahan benih melalui penghambatan terhadap penyerapan air, pertukaran gas, difusi inhibitor endogenous atau penghambatan pertumbuhan embrio. Sementara jika penghambatan perkecambahan terjadi pada benih yang tidak mempunyai kulit keras atau tidak memerlukan skarifikasi untuk penyerapan air, maka kemungkinan penyebabnya adalah penghambat bagian lain dari benih misalnya endosperma (Watkins dan Cantliffe, 1985)






III. BAHAN DAN METODE



2.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih kedelai varietas Anjasmoro, benih jagung varietas Lamuru, kertas merang berukuran 29 cm x 30 cm, plastik lembaran berukuran 20 cm x 30 cm, kertas label, air, karet gelang, alat pengecambah benih (APB) tipe IPB 73-2B atau disebut Germinator tipe IPB 73-2B, nampan, alat pengempa kertas, dan alat tulis.


2.2 Metode Kerja

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut.
  1. Kertas merang direndam dalam air hingga basah semua bagiannya lalu dikempa pada pengempa kertas hingga tiris dan cukup lembab
  2. Kemudian kertas merang tersebut ada yang dijadikan dua lapis dan ada yang dijadikan tiga lapis.
  3. Diletakkan kertas merang sebanyak 3 lapis di atas plastik dengan bagian kasar kertas di bagian atas.
  4. Benih padi ditaruh dengan rapi di atas kertas merang sebanyak 25 buah dan disusun berselang-seling.
  5. Lalu benih yang telah tersusun rapi ditutup dengan kertas merang sebanyak 2 lapis dengan bagian kasar yang menyentuh benih.
  6. Setelah itu dari salah satu sisi lebar kertas, benih yang telah ditanam digulung dengan rapi.
  7. Gulungan tersebut diikat dengan karet gelang dan diberi label dengan kertas label yang berisi informasi tanggal praktikum, nama praktikan (ulangan), jenis uji, dan kelompok. Ini dilakukan 6 ulangan (6 orang)
  8. Dijadikan satu semua ulangan dari ulangan 1 sampai 6 dengan diikat dengan karet gelang lalu ikatan dijadikan satu untuk semua benih padi
10.Lalu dimasukkan pada rak dalam APB / Germinator tipe 73–2B       dengan posisi berdiri (metode UKDdp = Uji Kertas digulung          didirikan dalam plastik), disiram setiap hari, dan diamati                  sebanyak satu kali pada hari ke- 7.









                                                          













IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



3.1 Hasil Pengamatan

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka didapat hasil pengamatan sebagai berikut.

Tabel Hasil Pengamatan Uji Keserempakan Benih.
A.      Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang di peroleh dari percobaan ini adalah :
No.
∑ KNK
∑ KNL
∑ KAN
∑ KM
% KSP
1.
5
13
6
1
20
2.
6
16
2
1
24
3.
8
16
0
1
32
4.
5
15
5
0
20
5.
7
12
4
2
28
6.
9
11
2
3
36
 Rata-rata     26,66 %

Keterangan :
  1. Ulangan 1 dilakukan oleh Herlin Yustina
  2. Ulangan 2 dilakukan oleh Jamal Hamdan
  3. Ulangan 3 dilakukan oleh Fernando Iskandar
  4. Ulangan 4 dilakukan oleh Ezed Qyoko
  5. ULangan 5 dilakukan oleh Leony Pebriani
  6. Ulangan 6 dilakukan oleh Gagat Surya

KN      = Kecambah Normal
KNK   = Kecambah Normal Kuat
KNL    = Kecambah Normal Lemah
KAN   = Kecambah Abnormal
BM      = Benih Mati
KSB    = Keserempakan Perkecambahan Benih
DB      = Daya Berkecambah


3.2 Pembahasan

Vigor benih adalah kemampuan benih berkecambah secara normal pada kondisi yang suboptimum. Uji keserempakan perkecambahan benih merupakan salah satu uji vigor kekuatan perkecambahan benih. Vigor tidak cukup hanya dapat menumbuhkan satu individu tanaman yang tegar, tetapi mampu mewujudkan suatu pertanaman yang homogen yang pada akhirnya membuahkan produksi pertanaman yang optimum, meski melalui tantangan yang kondisi lingkungan alam yang tidak optimum.

Benih vigor tidak lagi mencerminkan benih secara individual, tetapi dalam wujud sebuah lot benih. Lot benih adalah sebuah populasi benih hasil suatu pertanaman yang sevarietas, yang dibudidayakan dengan upaya sama dan dipanen serta diproses dengan cara dan kondisi yang sama. Untuk memperkirakan kekuatan tumbuh benih di lapang yang sedemikian, lot benih harus bisa disimulasikan vigornya. Parameter kekuatan tumbuh benih dilapang disebut Vigor Kekuatan Tumbuh dan dapat diungkapkan oleh tiga kelompok tolak ukur masing-masing, yaitu Kecepatan Tumbuh, Keserempakan Tumbuh dan Vigor Spesifik. Benih yang vigor dituntut untuk dapat cepat tumbuh (dalam posisi benih sebagai individu) seluruh benih juga harus mewujudkan kinerja yang homogen dalam pertumbuhan di lapang. Homogenitas pertanaman diawali oleh keserempakan tumbuh bibit sehingga selain cepat tumbuh benih yang vigor harus dapat tumbuh serempak dan kinerja itu merupakan indikasi Vigor Kekuatan Tumbuh. Kriteria itu ditampung dalam pengujian vigor benih yang di tingkat laboratorium harus memenuhi kriteria yang dibakukan. Keserempakannya pun dibakukan baik dalam pengertian waktu maupun kinerja tumbuh. Tolak ukur keserempakan tumbuh merupakan tolak ukur untuk parameter vigor kekuatan tumbuh  yang unitnya berupa persentase kecambah yang tumbuh kuat yang memperlihatkan keserempakan pada media pengujian.

Dari praktikum yang telah dilakukan, maka didapat kecambah normal baik kecambah normal kuat (NK) dan kecambah yang normal lemah (NL) di antara kecambah yang normal itu. Kecambah NK adalah kecambah yang berpenampilan lebih kuat di antara semua kecambah yang normal dan mempunyai panjang di atas rata-rata tinggi kecambah normal, misalnya hipokotilnya lebih panjang dan kekar, akarnya lebih panjang atau lebih banyak, plumulanya lebih besar atau lebih lebar. Sedangkan kecambah NL adalah kecambah yang berpenampilan lebih lemah di antara semua kecambah yang normal dan mempunyai panjang di bawah rata-rata tinggi kecambah normal.
Adapun ciri-ciri dari benih normal kuat, normal lemah, abnormal, dan benih mati adalah:
  1. Benih normal kuat yaitu benih yang berkecambah dengan bagian-bagiannya yang lengkap.  Mempunyai penampilan yang lebih kuat perkecambahannya melebihi rata-rata kecambah normal lainnya. Misalnya hipokotilnya lebih panjang dan kekar, akarnya lebih panjang atau lebih banyak, plumulanya lebih besar/lebar
  2. Benih normal lemah yaitu benih ini berpenampilan lemah dan juga bagiannya belum lengkap seperti akarnya lebih kecil dan melengkung dan plumulanya lebih kecil.
  3. Benih abnormal yaitu benih yang berkecambah namun ada salah satu bagian yang tidak muncul atau mengalami kerusakan dalam proses perkembangannya.
  4. Benih mati yaitu benih yang sampai akhir periode perkecambahan tidak berkecambah


Dari hasil percobaan uji keserempakan perkecambahan benih dapat dilihat bahwa kemampuan benih untuk dapat berkecambah secara serentak yaitu % KSB.
Ternyata pertumbuhan kecambahnya tidak sama besar, di mana ada benih yang tumbuh dengan penampilan yang kuat seperti hipokotil dan akarnya lebih panjang dan kekar, tetapi ada juga benih yang tumbuh sebaliknya dengan penampilan yang lemah seperti akar dan hipokotil yang kecil dan pendek. Pada pengujian ini didapatkan persentase keserempakan perkecambahan benih padi memiliki vigor lemah karena hasil kecambah normal lemah lebih besar daripada kecambah normal kuat (lihat tabel).

Dari pengujian keserempakan berkecambah benih dapat diketahui vigor benih tersebut. Seperti yang telah diketahui bahwa vigor adalah jumlah total sifat-sifat benih yang menentukan potensi tingkat aktivitas dan kinerja benih atau kelompok benih selama perkecambahan dan pemunculan kecambah. Aspek kinerja mencakup 1) proses dan reaksi biokimia selama perkecambahan seperti aktivitas respirasi dan reaksi enzimatik, 2) laju dan keserempakan perkecambahan benih dan pertumbuhan kecmbah, 3) laju dan keserempakan kemunculan dan pertumbuhan kecambah di lapangan, dan 4) kemampuan pemunculan kecambah pada kondisi lapangan yang kurang mendukung. Dari beberapa hal tersebut dapat diketahui bahwa benih bervigor kuat ditunjukkan oleh keserempakan perkecambahan yang tinggi.

Dari benih yang vigor seharusnya tumbuh benih yang seragam kuat dan serempak sehingga selanjutnya menunjukkan pertanaman homogen seragam dengan vigor kekuatan tumbuh yang tinggi. Pertanaman demikian berpotensi kuat menghadapi berbagai macam cekaman dan mampu memanfaatkan sarana secara seragam. Pertanaman yang tidak homogen, dengan adanya individu tanaman yang tumbuh rakus menjadi hambatan bagi individu yang kurang kuat sehingga terjadi persaingan yang tidak sehat antar tanaman. Tanaman yang tidak serempak tumbuh seragam juga sulit dikelola secara efisien, akibat pemasakan buah yang tidak serempak sehingga menyulitkan proses pemanenan. Ketidakserempakan tumbuh dapat diakibatkan oleh sifat genetik yang tidak sama atau oleh kondisi lingkungan yang tidak homogen, periode penyimpanan, kondisi penyimpanan (suhu ruang simpan), kelembaban nisbi udara, kadar air benih yang menunjukkan pengaruh nyata terhadap pengujian tersebut. Benih vigor yang dihasilkan oleh proses teknologi yang baik dapat mengatasi hambatan itu dan menumbuhkan pertanaman yang serempak dan homogen.
Rendahnya kemampuan suatu lot benih untuk dapat berkecambah secara serempak dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : penyeleksian mutu benih yang tidak selektif, faktor lingkungan yang tidak mendukung saat dilakukannya percobaan dan mutu benih itu sendiri yang rendah.Periode simpan yang terlalu lama dan kelembaban nisbi udara yang terlalu tinggi akan menyebabkan vigor benih semakin menurun sehingga persentase keserempakan perkecambahan benih akan rendah. Keberadaan benih yang tumbuh abnormal bahkan tidak dapat berkecambah atau mati dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kondisi lingkungan laboratorium yang meliputi kelembaban, suhu, oksigen, dan cahaya kurang optimum, kadar air benih, periode simpan, keadaan medium yang kurang steril, ataupun karena kurang masak fisiologis.
Adapun yang mempengaruhi perkecambahan adalah:
  1. Air
    Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu
  2.  Suhu
    Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C . Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh gibberallin.
  3.  Oksigen
    Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih.
  4. Cahaya
    Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung pada jenis tanaman. Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran .
  5. Medium
    Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan. Pengujian viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah.







IV. KESIMPULAN



Dari hasil pengamatn dan pembahasan yang didapat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1.      Perbedaan kemampuan pertumbuhan perkecambahan benih dapat dilihat dari bentuk atau penampilan benih itu sendiri.
2.      Persentase keserempakan perkecambahan yang cukup rendah menunjukkan vigor yang rendah.
3.      Benih yang vigor seharusnya tumbuh benih yang seragam kuat dan serempak sehingga selanjutnya menunjukkan pertanaman homogen seragam dengan vigor kekuatan tumbuh yang tinggi.
4.      Benih bervigor kuat ditunjukkan oleh keserempakan perkecambahan yang tinggi.
5.      Faktor-faktor yang mempengaruhi keserempakan berkecambah antara lain : penyeleksian mutu benih yang tidak selektif, faktor lingkungan yang tidak mendukung saat dilakukannya percobaan dan mutu benih itu sendiri yang rendah.
6.      Benih yang mengalami dormansi ditandai oleh rendahnya atau tidak adanya proses imbibisi air, proses respirasi tertekan/terhambat, rendahnya mobilisasi cadangan makanan,dan rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.









DAFTAR PUSTAKA


Bewley dan Black, 1985. Parameter Pengujian Vigor Benih. Penerbit PT
       Grasindo Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Mugnisjah (et..al). 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu   dan teknologi benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Novijanto, 1996. Teknologi Benih.IPB.Bogor

Pramono, Eko. 2002. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Teknologi Benih. Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sutopo, Lita. 1993. Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta.

Watkins dan Cantliffe, 1985.Teknologi dan Penyimpanan  Benih.UGM.Yogyakarta















LAMPIRAN



v  Perhitungan
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut.

                Jumlah kecambah normal kuat
% KSB  = -----------------------------------------------  x  100 %
                                Total benih


PERHITUNGAN


  1. 5/25 x 100% = 20%
  2. 6/25 x 100% = 24%
  3. 8/25 x 100% = 32%
  4. 5/25 x 100% = 20%
  5. 7/25 x 100% = 28%
  6. 9/25 x 100% = 36%

Rata-rata Ksp = 20+24+32+20+28+36 = 160 = 26,7 %
                                          6                          6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar